Wednesday 24 July 2013

Trik Jitu Tembus Kuliah ke Luar Negeri

JAKARTA - Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar buka puasa bersama penerima beasiswa Bidik Misi ITB dengan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Republik Indonesia Dr. M. Sohibul Iman dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Ridwansyah Yusuf Achmad. Tidak ketinggalan, acara buka puasa bersama ini dibuka oleh Rektor ITB Prof. Dr. Akhmaloka.

Sebelum acara buka puasa bersama dimulai, diadakan pula diskusi mengenai kiat menuntut ilmu di negeri asing dan bagaimana menjadi mahasiswa aktif yang berbasis kompetensi. Kedua topik tersebut dibawakan oleh Sohibul dan Ridwansyah.
Sempat mengenyam pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) selama tiga semester, Sohibul Iman memutuskan untuk menyelesaikan seluruh pendidikan tingginya, mulai dari S-1 sampai dengan S-3 di Jepang. Bertolak dari pengalaman bertahun-tahun menimba ilmu di negeri sakura, tentu hal tersebut memberikan cerita tersendiri bagi Sohibul yang diharapkan mampu memompa semangat para penerima beasiswa Bidik Misi ITB angkatan 2013.
Dia mengatakan bahwa menjadi mahasiswa aktif berbasis kompetensi, bisa dibuktikan dengan catatan organisasi yang pernah dia ikuti, antara lain Institute for Science and Technology Studies (ISTECS), Yayasan Pendidikan Nurul Fikri (YPNF), Hokuriku Scientific Forum (HSF), Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI), Yayasan Inovasi Teknologi (YIT), dan lain-lain.
”Tidak menjadi masalah seperti apa negeri asing tempat kita menimba ilmu, semuanya tergantung dari motivasi dan tujuan awal kita berangkat. Satu lagi, kita harus mampu menciptakan lingkungan yang baik agar tidak terjerumus pergaulan yang buruk,” ujarnya yang dilansir dari laman ITB, Rabu (24/7/2013).
Sesi selanjutnya dilanjutkan dengan diskusi bersama Ridwansyah Yusuf Achmad, yang juga akrab dipanggil Kang Ucup. Alumnus Teknik Perencanaan Wilayah Kota yang juga pernah menjabat sebagai Presiden Keluarga Mahasiswa ITB tersebut, turut berbagi pengalamannya menimba ilmu di luar negeri, kali ini di negeri Tulip. Selain sibuk menempuh master Governance, Policy, and Political Economy di Institute of Social Studies of Erasmus University Rotterdam kang Ucup juga diamanahi menjadi Sekretaris Jenderal PPI Belanda.
Dia memberikan beberapa tips untuk menjaga semangat berkuliah di luar negeri, antara lain adalah fokus, yakin, dan bernyali besar. ”Keyakinan merupakan langkah pertama, meskipun ketika itu kita tidak bisa melihat jalan kita. Tidak ada mimpi yang terlalu jauh, yang ada adalah usaha yang terlalu sedikit.” tutupnya. (okz)

Friday 19 July 2013

Baterai Gadget Tahan Lama dari ITS

JAKARTA - Saat ini, gadget seakan menjadi kebutuhan bagi masyarakat. Apalagi inovasi terbaru dalam dunia gadget sangatlah cepat Akan tetapi, pesatnya pertumbuhan gadget tersebut tidak diimbangi dengan daya tahan baterai.

Hal tersebut diakibatkan oleh keterbatasan daya tahan baterai Lithium. Fenomena ini kemudian menginspirasi mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Ahmad Fauzan Adzimaa dan tim untuk menciptakan bahan dasar baterai hemat energi.
Baterai hemat energi besutan Fauzan menggunakan campuran lithium dan besi. Campuran ini lalu diproses dengan menggunakan metode Flame Spray Pyrolysis. ''Metode ini semacam metode penguapan dan pembakaran dua zat tersebut,'' ujar Fauzan, seperti dikutip dari ITS Online, Jumat (19/7/2013).
Setelah melalui proses tersebut, tercipta serbuk padatan yang digunakan sebagai bahan dasar baterai berteknologi nano. Dengan menggunakan teknologi nano, arus dapat bersifat bolak-balik sehingga lifetime dari baterai menjadi lebih tahan lama.
Selain unggul dalam lifetime, baterai ini juga tidak beracun mengingat bahan dasar baterai yang berupa besi. Unsur tersebut dapat mengurangi sifat toksin dari baterai yang diakibatkan oleh cobalt.
Adanya campuran besi juga berefek luasnya penyimpanan energi. Dengan begitu, energi yang tersimpan lebih banyak. ''Perbandingan lifetime baterai biasa dengan baterai berteknologi nano bisa 1:3. Kalau baterai biasa hanya satu jam, baterai ini bisa tahan sampai tiga jam,'' paparnya.
Berbicara tentang harga, baterai ini juga lebih unggul. Harga baterai berbahan baku besi ini hanya sepertiga dari harga baterai biasa. Meskipun begitu, Fauzan berharap penelitian tersebut dapat terus dikembangkan. Pasalnya, sampai sekarang, penelitian ini masih berupa bahan dasar baterai, yaitu serbuk padatan.
Dengan penelitian inilah mereka bisa didanai DIKTI dalam Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM-P). ''Saya berharap penelitian ini bisa mendapatkan perhatian khusus dari lembaga riset nasional seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) agar tercipta baterai yang sesungguhnya,'' pungkas mahasiswa asal Magetan itu. (okz)

Dirga Sakti, Vaksinolog UI Pertama & Termuda di Dunia

JAKARTA - Umumnya masyarakat memahami bahwa vaksin berfungsi untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Namun, banyak yang berpendapat, imunisasi hanya dibutuhkan oleh bayi dan anak, sementara orang dewasa tidak perlu lagi karena sistem kekebalan tubuhnya sudah terbentuk. Benarkah?

dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc
Padahal, setiap tahunnya, puluhan ribu orang dewasa meninggal dan ratusan ribu lainnya dirawat di rumah sakit karena penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan vaksinasi.
"Tidak banyak yang tahu dan peduli akan vaksinasi bagi orang dewasa. Gaya hidup saat ini, seperti pemakaian tato dan tindik membuat pengguna rentan terinfeksi penyakit hepatitis B," jelas vaksinolog Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc (VPCD), seperti dikutip dalam siaran pers yang diterima Okezone, Jumat (19/7/2013).
Selain itu, tambah dokter yang tengah gencar-gencarnya menyosialisasikan pentingnya melakukan imunisasi dewasa ini, mengonsumsi makanan di pinggir jalan yang tidak bersih juga sebagai salah satu pemicu timbulnya penyakit hepatitis A dan demam tifoid.
"Atau ketika ingin bepergian lintas negara, orang dewasa juga perlu diberikan vaksin meningitis dan vaksin influenza," lanjutnya.
Namun sayangnya, belum banyak dokter di dunia yang melanjutkan pendidikannya ke bidang ilmu vaksinologi. Berangkat dari sini, Dirga, seorang dokter lulusan UI, menjadi Vaksinolog pertama di Indonesia dan termuda di dunia pada usia 27 tahun.
Ia melanjutkan studinya dengan mengambil master vaksinologi di University of Siena, Italia, di mana ia menjadi satu dari 13 orang yang terpilih dari ratusan pelamar di seluruh dunia.
Saat ini, Dirga telah kembali ke Indonesia dan siap mengaplikasikan ilmunya bagi masyarakat Indonesia. Ia sangat peduli pada peningkatan kepedulian masyarakat Indonesia akan imunisasi dewasa, Dirga menolak pendapat sebagian masyarakat yang mengatakan bahwa vaksinasi merupakan tindakan memasukkan kuman penyakit ke dalam tubuh.
"Vaksin adalah sesuatu yang menyerupai kuman yang direkayasa secara bioteknologi sehingga nantinya tubuh dapat mengenalinya seperti saat tubuh mengenali kuman. Dengan begitu, tubuh dapat meresponnya dengan antibodi yang kuat. Selain vaksin untuk pencegahan, sekarang tengah berkembang vaksin terapeutik untuk kanker prostat dan kanker paru, namun proses pembuatan vaksin membutuhkan waktu yang tidak sebentar," tukasnya.
Sekadar informasi, sosialisasi imunisasi dewasa juga telah dilakukan oleh Satgas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI telah beberapa kali mengadakan pelatihan bagi dokter-dokter di daerah, sehingga nantinya dokter-dokter dapat menyediakan layanan vaksinasi di tempat prakteknya.
Diharapkan dengan hadirnya seorang Vaksinolog pertama di Indonesia ini dapat menjadi inspirasi dan pembuka jalan bagi mahasiswa kedokteran lainnya untuk menjadi seorang vaksinolog yang mampu mengembangkan penelitian dan temuan inovatif di bidang kedokteran serta mendukung Indonesia sadar Imunisasi Dewasa. (okz)

Jadi PTS Terbaik Se-Indonesia, UMY Bersyukur

JAKARTA - Kepercayaan masyarakat terhadap Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) terus meningkat. Salah satunya prestasi yang diukir UMY dalam pemeringkatan 4 International College and University (4ICU) periode Juli 2013.

Jika awal tahun UMY meraih peringkat sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terbaik se-Jateng dan DIY versi Webometrics, kali ini UMY menjadi PTS terbaik se-Indonesia versi 4ICU. UMY menempati urutan keempat dalam jajaran 10 besar kampus terbaik se-Indonesia versi 4ICU.
Sekretaris Nafi Ananda Utama menyebut, prestasi yang dicapai oleh UMY adalah berkat kerjasama dan kerja keras seluruh civitas academica. Oleh karena itu, semua yang sudah dicapai juga tetap dipertahankan, bahkan jika perlu lebih ditingkatkan, termasuk dalam hal penilaian dari 4ICU.
“4ICU adalah penilaian secara independen. Kami tidak mengirimkan berkas-berkas untuk dinilai oleh mereka, tapi merekalah yang langsung menilai kami. Dan salah satu penilaiannya itu adalah berapa banyak orang-orang di luar UMY yang me-linkkan websitenya ke website kami,” papar Nafi, seperti dilansir Okezone, Jumat (19/7/2013).
Menurut Nafi, penilaian terhadap suatu situs bukan berarti hanya dilihat dari segi tampilan tetapi bagaimana sebuah institusi atau perguruan tinggi diminati dan dipercaya oleh masyarakat. Hal tersebut, lanjutnya, dapat tercermin dari isi serta informasi yang diberikan pada masyarakat melalui websitenya.
“Tahun kemarin jumlah link yang ada website UMY berjumlah 30 ribu dan tahun ini naik menjadi 54 ribu. Itu artinya banyak orang yang ingin mengetahui tentang UMY dan kepercayaan masyarakat terhadap UMY terus meningkat, baik itu di tingkat nasional maupun internasional,” tuturnya.
Nafi menambahkan, mengemban predikat PTS terbaik di Indonesia tentu melahirkan tanggung jawab yang besar. Namun, dia berjanji jika UMY akan terus memberikan pelayanan-pelayanan terbaik pada masyarakat.
“Silahkan masyarakat menilai sendiri bagaimana kami. Tapi yang paling penting bagi kami adalah berusaha memberikan yang terbaik pada masyarakat secara umum dan khususnya civitas academica UMY sendiri,” imbuh Nafi.
Sementara itu, Kepala Biro Sistem Informasi UMY Wahyudi menjelaskan, ada tiga komponen yang dinilai oleh 4ICU, yaitu Google Page Rank, Alexa Traffic Rank, dan Reffering Domains. Kali ini, UMY mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada ketiga segi tersebut. “Untuk Alexa cukup naik, jumlah Reffering Domains juga naik,” urai Wahyudi. (okz)

9 Kelemahan Dosen di Indonesia

JAKARTA - Tenaga pendidik Indonesia, termasuk dosen masih memiliki sejumlah kelemahan yang harus segera dibenahi. Sedikitnya ada sembilan kekurangan para dosen di Tanah Air.
Demikian disampaikan Ketua Umum Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) Armai Arief dalam Seminar "Peran Strategis ADI dalam Membangun Kompetensi Dosen." Kelemahan dosen yang pertama adalah kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugas serta kuantitas yang memadai.
Kedua, lanjutnya, sejumlah dosen tidak memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme yang seharusnya. Saya pernah tanya pada seorang dosen apa alasan mau jadi dosen? Jawabannya mengejutkan. Dia menjadi dosen hanya karena tidak mau menganggur, papar Armai, di Balai Kota, Jakarta Pusat, Jumat (19/7/2013).
Kelemahan lainnya, kata Armai, kurangnya komitmen para dosen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. Kebanyakan dosen, lanjutnya, langsung balik kanan setelah mengajar tanpa keinginan untuk memperbaiki kualitas akhlak mahasiswa.
Selanjutnya, kompetensi yang diperlukan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kurangnya tanggung jawab atas pelaksanaan tugas sebagai dosen, serta memperoleh penghasilan yang layak sesuai dengan kewajaran, urainya.
Poin ketujuh, yakni kesempatan untuk mengembangkan ilmu secara berkelanjutan. Ketiadaan biaya sering menjadi alasan dosen untuk tidak melanjutkan pendidikan. Tapi saat ini banyak kesempatan yang diberikan baik oleh pemerintah maupun organisasi untuk melanjutkan pendidikan bagi dosen, ungkap Armai.
Kemudian, para dosen memiliki kelemahan dalam memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas, termasuk rasa aman dan jaminan keselamatan. Terakhir, memiliki kebebasan (independensi) dalam memberikan nilai dalam proses pendidikan.
Ada dosen yang cerita dipukul dan diancam oleh mahasiswa karena nilainya tidak keluar. Mahasiswa itu rupanya seorang bupati. Oleh karena itu perlu ada jaminan keselamatan bagi para dosen dalam mengajar. Semua kelemahan tersebut yang harus dimantapkan dan dibenahi, imbuhnya. (okz)

Wednesday 17 July 2013

Gagal Balapan, Raih Penghargaan

JAKARTA - Seperti yang telah diketahui, kabut asap dari kebakaran hutan di Riau berdampak hingga ke Malaysia, termasuk Sepang. Sirkuit Sepang yang tadinya akan digunakan untuk kompetisi Shell Eco Marathon (SEM) Asia 2013 pun ikut terkena imbasnya sehingga membuat pertandingan terpaksa dibatalkan.
Mobil Tim Sapu Angin ITS Surabaya
Walaupun kecewa tidak dapat berlaga di kategori on-track award, tim Sapu Angin (SA) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya tetap mampu membawa pulang penghargaan. Mereka meraih Tribology Award yang merupakan kompetisi penulisan artikel tentang aplikasi teori gesekan pada mobil.
ITS menjadi satu-satunya peserta dari Indonesia yang membawa pulang penghargaan dari lima kategori lomba di off-track award, ujar General Manager tim SA, Arif Aulia Rahman, seperti dilansir Okezone, Rabu (17/7/2013).
Artikel yang disusun oleh Alam Eka Putra itu berisi penjelasan tentang bagaimana pemanfaatan gesekan pada mobil. Gesekan ini dapat meningkatkan efisiensi dan juga mengurangi konsumsi bahan bakar. Tim SA memperkirakan, penyertaan foto-foto sebagai bukti aplikatif teori yang ditulis dalam artikel tersebut mampu menambah poin plus penilaian.
Kemenangan tersebut setidaknya mampu mengobati kekecewaan atas berbagai kerugian, baik moril maupun materiil. Namun, tim SA tidak ingin lengah dan membiarkan kesempatan selanjutnya terlepas begitu saja. Meski sangat kecewa, kami harus move on untuk bersiap menghadapi SEM 2014, tegas Arif.
Untuk menghadapi SEM 2014 yang digelar di Manila, Filipina, Februari mendatang, Arif mengaku akan terus melakukan inovasi terhadap Sapu Angin 8. Salah satunya dengan mengikutsertakan SA dalam Indonesia Energy Marathon Competition (IEMC).
Kesesuaian antara pengaturan mobil dengan sirkuit yang dilalui sangat berpengaruh terhadap konsumsi bahan bakar. Untuk itu, kita harus melakukan penyesuaian ulang karena sirkuit yang digunakan berbeda, paparnya.

Friday 5 July 2013

Pancasila Jangan Lagi Diajarkan Tekstual

Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), Budi Susilo Soepandji, mengatakan Pancasila bukan saatnya lagi hanya diajarkan secara tekstual tetapi harus mencakup aspek aktualisasi.
banyak koruptor di negeri ini karena PANCASILA
sudah tidak dipakai dan diganti jadi PANCAGILA
"Harus dikaitkan hal-hal aktual, bagaimana penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Jangan lagi (Pancasila, red.) hanya diajarkan tekstual, tetapi bagaimana aktualisasinya," katanya, di Semarang, Sabtu (29/6/2013).
Hal tersebut diungkapkannya usai menjadi pembicara pada seminar "Menjaga dan Mengaktualisasikan Pancasila Sebagai `Filosofi Gronslag` dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara" di Hotel Patra Jasa Semarang.
Menurut Budi, sekarang ini lembaga-lembaga pendidikan memang cukup variatif berkaitan pembelajaran Pancasila, ada yang mengajarkannya khusus dalam satu pelajaran, ada pula yang memasukkannya dalam pelajaran lain.
"Misalnya di perguruan-perguruan tinggi, ada yang memasukkannya dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, ada juga beberapa yang menghilangkan. Padahal, Pancasila merupakan landasan filosofi bangsa," katanya.
Ia mengungkapkan pembelajaran Pancasila memang tidak bisa disamaratakan perlakuannya untuk seluruh jenjang pendidikan, misalnya pembelajaran di sekolah dasar (SD) berbeda dengan SMP, berbeda juga dengan kuliah.
"Mungkin kalau mahasiswa diajarkan sekadar tekstual, menghafal Pancasila, bosan. Orang-orang kesenian juga akan seperti itu. Namun, nilai-nilai Pancasila bisa diaktualisasi untuk merangkul berbagai elemen itu," katanya.
Karena itu, kata dia, Pancasila harus diajarkan dan ditanamkan sesuai dengan jenjang pendidikan dan entitas yang dihadapi, misalnya pembelajaran Pancasila pada jurnalis beda dengan kalangan politikus partai.
Pancasila, lanjut dia, juga jangan hanya diajarkan sebatas pada pendidikan formal, tetapi harus mencakup pendidikan informal dan nonformal, seperti kalangan santri di pesantren, atau kegiatan kepramukaan.
"Yang penting, Pancasila harus diajarkan secara lebih `hidup`, misalnya mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kebijakan publik yang dihadapi masyarakat sehari-hari. Aplikasi di lapangan yang perlu," katanya.
Ditanya pentingnya pembelajaran Pancasila dijadikan satu pelajaran tersendiri, ia mengakui sebenarnya bergantung pada kebijakan setiap lembaga pendidikan, sebab ada yang mengintegrasikan dengan pelajaran lainnya.
"Ya memang ada keberagaman kebijakan, ada yang mengajarkannya tersendiri dalam satu pelajaran, ada yang mengintegrasikan pelajaran lain. Yang jelas, Pancasila penting dan harus ada dalam pembelajaran," kata Budi.

Kurikulum 2013 Jangan Layu Sebelum Berkembang


Wakil Presiden Boediono mengingatkan nasib kurikulum 2013 jangan layu sebelum berkembang yang idenya telah disiapkan dengan matang tapi sia-sia tidak mencapai sasaran yang diharapkan kepada anak didik.
"Penyusunan kurikulum 2013 tidak dilakukan secara mendadak, setelah sebelumnya melalui debat dan masukan. Saya termasuk yang mengikuti proses penyusunan kurikulum 2013," kata Boediono saat memberikan pengarahan dalam Pelatihan Instruktur Nasional Implementasi Kurikulum 2013 di Jakarta, Selasa.
Hadir dalam acara itu Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Musliar Kasim, serta 760 instruktur yang terdiri dari guru, kepala sekolah, serta dosen dari seluiruh daerah Indonesia.
Dikatakan Wapres, kurikulum 2013 merupakan hasil kompromi dari berbagai pihak setelah sebelumnya melalui perdebatan panjang, tidak hanya di pemerintahan tapi juga masyarakat.
Ia menilai debat dan masukan soal kurikulum 2013 dinilai masih wajar sebagai upaya untuk mendapatkan hasil terbaik bagi upaya memberikan kurikulum bagi anak didik.
"Dalam debat ada berbagai mazhab yang memberi masukan tapi semua berupaya memberikan yang terbaik dan akhirnya bisa mencapai suatu kesepakatan," katanya.
Wapres tidak menginginkan debat yang berkepanjangan justru akan menjadikan anak didik menjadi korban.
"Penyusunan kurikulum juga tidak tergesa-gesa karena nanti hasilnya tidak bagus yang pada akhirnya malah merugikan guru dan anak didik," kata Boediono.
Wapres juga mengingatkan kepada para instruktur kurikulum 2013 agar jangan sampai salah menyampaikan materi kurikulum kepada guru yang akan dilatih.
"Dalam ilmu komunikasi biasanya ketika penyampaian informasi sudah melalui beberapa pihak, maka pihak terakhir akan salah memperoleh informasi. Saya harap hal itu tidak terjadi," kata Wapres.
Musliar Kasim mengatakan seluruh instruktur yang ikut dalam pelatihan tersebut sebelumnya mengikuti pratest untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan menjadi instruktur kurikulum 2013.
"Mereka telah terdidik dan sudah mendapatkan materi-materi kurikulum 2013. Diharapkan mereka nantinya menularkan kepada guru di daerah masing-masing," katanya.
Wamendikbud mengatakan kurikulum 2013 akan dilakukan pada tahun ajaran 2013/2014 yang dimulai serentak 15 Juli 2013.

Badan Bahasa Perbanyak Kosakata



Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berupaya memperbanyak kosakata bahasa Indonesia hasil serapan dari berbagai bahasa daerah yang ada.
"Selama ini kan banyak kosakata bahasa Indonesia yang diambil dari istilah asing, seperti Inggris atau Latin," kata Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud Prof Mahsun di Semarang, Selasa.
Hal tersebut diungkapkannya usai seminar internasional bertema Language Maintenance and Shift III yang diprakarsai Program Magister Linguistik Universitas Diponegoro bekerja sama dengan Balai Bahasa Jawa Tengah.
Dengan banyaknya penyerapan istilah asing, terutama bahasa Inggris itu ke dalam kosakata Indonesia, kata dia, semakin lama dikhawatirkan akan memunculkan anggapan bahasa Indonesia sebagai bagian bahasa Inggris.
"Apalagi, penyerapan istilah asing dilakukan semata adaptasi fonologis, misalnya kata 'bus' dalam bahasa Inggris yang diserap sama persis dalam bahasa Indonesia. Banyak lagi adaptasi fonologis semacam itu," katanya.
Padahal, kata dia, Indonesia kaya sekali akan bahasa daerah yang berasal dari berbagai etnis yang mengandung kearifan lokal dan sebenarnya sangat berpotensi untuk diserap ke dalam kosakata bahasa Indonesia.
"Kita kan sebenarnya punya banyak kosakata dari ratusan bahasa daerah. Kalau kita ambil kosakata dari bahasa daerah kan kearifan lokalnya ikut terbawa dibandingkan kita menyerap dari istilah asing," katanya.
Ia menjelaskan dari hasil pemetaan pada 2012 lalu mencatat sementara ini setidaknya ada 594 bahasa daerah yang sekarang ini masih dipergunakan, tetapi penelitian tersebut masih belum selesai di daerah Papua.
"Kalau nanti pemetaan di daerah Papua sudah selesai, diperkirakan ada 600 bahasa daerah yang dimiliki Indonesia. Itu belum termasuk bahasa daerah yang sudah punah karena tidak ada lagi penuturnya," katanya.
Karena itu, pihaknya mendorong Balai Bahasa di daerah-daerah untuk mengusulkan istilah-istilah lokal yang perlu diserap dalam bahasa Indonesia, sekaligus sebagai upaya untuk melestarikan bahasa dan kebudayaan lokal.
"Misalnya, istilah dalam bahasa daerah yang tidak ada padanannya. Selama ini yang paling banyak istilah Jawa yang diserap, tetapi mulai 2004 kami galakkan penyerapan dari bahasa-bahasa daerah lain," kata Mahsun.
Sementara itu, Kepala Balai Bahasa Jateng Pardi Suratno mengatakan pihaknya tengah memetakan dan mengkaji istilah-istilah dalam bahasa daerah yang akan diusulkan penyerapannya ke dalam kosakata bahasa Indonesia.
"Kami masih kaji, sudah ada beberapa kosakata yang akan diusulkan untuk diserap ke dalam bahasa Indonesia. Melalui penyerapan kosakata bahasa daerah ini kan bisa melestarikan kebudayaan lokal," katanya.
ANTARA News | Tuesday, July 02, 2013 5:30 PM

Modifikasi Kurikulum



Abdul Salim, mahasiswa Program Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta meraih gelar Doktor UNS ke-74 seusai berhasil mempertahankan disertasi di depan Dewan Penguji di Ruang Senat UNS, Solo, Jawa Tengah, Selasa (2/7/2013).
Di depan Dewan Penguji yang dipimpin Prof Dr. Ravik Karsidi, MS, Abdul Salim mempertahankan disertasinya berjudul Model Modifikasi Kurikulum dan pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bagi Anak Dengan Keterbatasan Potensi Intelektual di Sekolah Dasar Inklusif. Abdul Salim berhasil memperoleh nilai, 3,75 dengan predikat cum laude.
Dalam disertasinya, Abdul Salim mengungkapkan bahwa ada persoalan mendasar yang sering dihadapi oleh pelaksana pendidikan inklusif di lapangan terutama guru tentang bagaimana memberikan pelayanan pendidikan dan pembelajaran yang tepat kepada Anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif.
Berdasarkan hasil survei, kata Salim, ada sebanyak 71,05 persen guru pembimbing khusus yang kurang baik memahami tentang konsep pendidikan inklusif. Hanya 28,94 persen yang baik. Begitu pula kemampuan guru pembimbing khusus tentang pembelajaran kompensatoris yang termasuk baik hanya sebanyak 10,52 persen, sedang 89,47 persen lainnya kurang baik.
"Bahkan umumnya atau 92,10 persen guru pembimbing khusus kurang mampu mengelola kelas inklusif. Sedang yang baik hanya 7,89 persen," jelasnya. (Okezone)