Oleh : Yuniarini, S.Psi
Remaja dan permasalahannya menjadi isu yang sangat penting saat ini. Kenakalan
dan tindakan asusila begitu sering ditemukan. Kasus-kasus seperti tawuran
pelajar sampai dengan married by accident akibat kehamilan yang tidak
diinginkan seolah menjadi isu yang tiada akhir. Hasil Sensus Penduduk Indonesia
2010 menunjukkan jumlah remaja mencapai angka 64 juta atau 27,6% dari jumlah penduduk Indonesia.
Besarnya angka tersebut tentunya memerlukan
perhatian dan pembinaan yang tepat untuk membentuk remaja berkarakter
dan bersikap tegar. Yang dimaksud dengan remaja tegar di sini adalah remaja
sebagai generasi yang berencana yaitu remaja yang menunda usia pernikahan;
berperilaku sehat; terhindar dari risiko Seksualitas, HIV dan AIDS, Napza;
bercita-cita mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera; serta menjadi
contoh, model, idola, dan sumber informasi bagi teman sebayanya.
Pemerintah melalui program Generasi Berencana yang di
laksanakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
melakukan pendekatan dan pembinaan kepada masyarakat melalui 2 wadah yaitu Bina
Keluarga Remaja (BKR) dan Pusat Informasi dan Konseling bagi Remaja/Mahasiswa
(PIK R/M). BKR menilik keluarga remaja seperti ayah dan ibu sebagai sasaran
pemaparan informasi, sementara PIK R/M menjadikan remaja sendiri sebagai
penerima informasi dan konseling melalui pelayanan yang diberikan oleh Pendidik
Sebaya dan Konselor Sebaya yang telah terlatih. Kedua jenis kelompok tersebut
menerima informasi-informasi penting seperti Kesehatan Reproduksi, Napza,
Infeksi Menular Seksual, Komunikasi Efektif dll yang diharapkan menjadi modal
ilmu dalam mengikuti tumbuh kembang remaja secara positif dan terarah.
Salah satu materi penting lain sebagai substansi dasar
Program Generasi Berencana (GenRe) adalah Life Skills atau Keterampilan Hidup.
Life Skills adalah pendidikan non formal yang memberikan keterampilan non
formal, sosial, intelektual/akademis dan vokasional untuk bekerja secara
mandiri. Life skills diperlukan remaja sebagai keterampilan untuk dapat
berperilaku positif dan beradaptasi dengan lingkungan, yang memungkinkan remaja
mampu menghadapi berbagai tuntutan, godaan dan tantangan dalam hidupnya
sehari-hari secara efektif.
Life Skills yang dikembangkan dalam program GenRe lebih
ditekankan pada keterampilan fisik, keterampilan mental, keterampilan
emosional, keterampilan menghadapi kesulitan, keterampilan spiritual, dan
keterampilan vokasional (kejuruan).
Ketrampilan fisik dalam Life Skills adalah kemampuan
seseorang (remaja) untuk mencapai kekuatan, fleksibilitas dan ketahanan fisik.
Tidak jarang remaja menghabiskan waktu
semalam suntuk untuk bergadang bersama teman-temannya. Betah di warnet
berjam-jam di depan layar komputer untuk bermain game online. Pola makan yang
tidak teratur dan tidak tepat pilih juga menjadikan remaja bermasalah dengan
kondisi fisiknya. Disinilah keterampilan ini dibutuhkan untuk menyeimbangkan
pola makan, olahraga dan kebutuhan untuk beristirahat demi terciptanya remaja
sehat. Remaja diharap mampu memahami dan berkomunikasi dengan tubuh sendiri,
mengatur pola makan dan memilih makanan yang sehat, melakukan olah raga seperti
bersepeda dan basket serta beristirahat (tidur) sebagai salah satu terapi
kesehatan.
Keterampilan mental, emosional dan kemampuan menghadapi
kesulitan dalam Life Skills berhubungan erat dengan beberapa hal antara lain
positive thinking, kesabaran terhadap diri sendiri, kemampuan menghindari diri
dari pengaruh negatif, pergaulan, pengembangan prioritas dan tanggung jawab
serta termasuk kemampuan untuk mengembangkan rasa humor. Selain itu, remaja
diharap mampu menjadi pribadi yang terus termotivasi untuk berprestasi serta
tidak menganggap keterbatasan fisik, mental dan sosial nya sebagai hambatan.
Secara emosional, remaja dituntut untuk memiliki kemampuan mengendalikan impuls
dan mengatasi emosi negatif. Mengembangkan keterampilan mengelola stress
membuat remaja mampu memelihara dirinya
sendiri dan orang lain serta mempengaruhi lingkungan sosialnya ketika
berhadapan dengan berbagai situasi buruk dan tekanan dari lingkungan, media
massa/elektronik serta teman sebaya. Remaja
yang sudah terbiasa mengelola stress, akan selalu siap (berperilaku)
menghadapi pengaruh-pengaruh lingkungannya serta mampu membuat
keputusan-keputusan yang tidak gegabah. Pola komunikasi interpersonal yang baik
dengan orang tua dan orang-orang yang berada dalam lingkungannya juga akan
tercipta dengan sendirinya. Godaan-godaan seperti penyalahgunaan napza dan
perilaku free sex akan dapat di tolak secara asertif, karena remaja juga telah
dibekali dengan keterampilan berkomunikasi dengan baik. Lihatlah betapa
penggunaan social media yang tidak tepat telah membawa remaja hidup dalam dunia
maya sesungguhnya. Berkenalan dan bertemu dengan orang yang salah serta
terlatih mengekspresikan emosi dengan cara negatif kepada orang yang tidak
disenanginya melalui status-status digital.
Berikutnya yang paling penting adalah mengenai keterampilan
spiritual pada remaja, yang umumnya terasah dengan baik karena telah menjadi
suatu kebiasaan sejak kecil dalam keluarga. Sebuah pertanyaan kerap muncul
dalam benak kita : “benarkah kehidupan agama remaja kita telah tergantikan oleh
budaya-budaya baru seperti gadget, K-Pop, cafĂ© dan fashion?”. Keterampilan
spiritual menjadi teman penting dalam kehidupan sehari-hari remaja. Sebagai
contoh, melaksanakan puasa dan menerapkan shalat 5 waktu di mana saja remaja
berada akan membawa remaja terhindar dari keji dan mungkar, menghilangkan
penyakit hati, mampu menahan hawa nafsu serta tetap berada dalam kestabilan
emosi.
Life skills terakhir yang penting di miliki remaja adalah
keterampilan vokasional atau kejuruan. Keahlian tertentu akan membawa remaja
larut dalam aktifitas positif. Selain karena keahlian tersebut memang
disenanginya, keahlian tertentu dapat menjadi mesin uang yang memungkinkan
remaja menunjang pendapatan keluarga atau minimal untuk pemenuhan kebutuhannya
sendiri. Hobi-hobi baru dalam bentuk handycraft dapat diciptakan seperti kreasi
bros dan pemasangan payet/bordir di jilbab, pembuatan banner dan theme untuk
website tertentu atau bahkan berdagang secara online. Bentuk-bentuk kegiatan
positif inilah yang diharapkan ada pada remaja-remaja kita. Karena kreasi akan
membuka jalan pada prestasi.
Penguasaan life skills oleh para generasi Indonesia akan
memungkinkan mereka memiliki usaha untuk mencapai tujuan nya dan bertanggung
jawab atas perbuatan serta mampu memecahkan masalah sebagai solusi yang baik
dan tepat. Dibalik itu semua, yang terpenting adalah remaja mampu mengenali dan
menghindari hal-hal yang dapat membawa kearah kerusakan moral seperti free sex,
Infeksi Menular Seksual serta penyalahgunaan Napza.
Mari remaja Indonesia.. jadilah Generasi yang Berencana..!!!
Penulis adalah Widyaiswara Pertama di BKKBN Prov Aceh
Email: yuniarini@bkkbn.go.id
Facebook : Yunia Makmoer
Twitter : @yuniamakmoer
sumber: http://nad.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?ID=1415