Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berupaya memperbanyak kosakata
bahasa Indonesia hasil serapan dari berbagai bahasa daerah yang ada.
"Selama ini kan banyak kosakata bahasa Indonesia yang
diambil dari istilah asing, seperti Inggris atau Latin," kata Kepala Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud Prof Mahsun di Semarang, Selasa.
Hal tersebut diungkapkannya usai seminar internasional
bertema Language Maintenance and Shift
III yang diprakarsai Program Magister Linguistik Universitas Diponegoro
bekerja sama dengan Balai Bahasa Jawa Tengah.
Dengan banyaknya penyerapan istilah asing, terutama bahasa
Inggris itu ke dalam kosakata Indonesia, kata dia, semakin lama dikhawatirkan
akan memunculkan anggapan bahasa Indonesia sebagai bagian bahasa Inggris.
"Apalagi, penyerapan istilah asing dilakukan semata
adaptasi fonologis, misalnya kata 'bus' dalam bahasa Inggris yang diserap sama
persis dalam bahasa Indonesia. Banyak lagi adaptasi fonologis semacam
itu," katanya.
Padahal, kata dia, Indonesia kaya sekali akan bahasa daerah
yang berasal dari berbagai etnis yang mengandung kearifan lokal dan sebenarnya
sangat berpotensi untuk diserap ke dalam kosakata bahasa Indonesia.
"Kita kan sebenarnya punya banyak kosakata dari ratusan
bahasa daerah. Kalau kita ambil kosakata dari bahasa daerah kan kearifan
lokalnya ikut terbawa dibandingkan kita menyerap dari istilah asing,"
katanya.
Ia menjelaskan dari hasil pemetaan pada 2012 lalu mencatat
sementara ini setidaknya ada 594 bahasa daerah yang sekarang ini masih
dipergunakan, tetapi penelitian tersebut masih belum selesai di daerah Papua.
"Kalau nanti pemetaan di daerah Papua sudah selesai,
diperkirakan ada 600 bahasa daerah yang dimiliki Indonesia. Itu belum termasuk
bahasa daerah yang sudah punah karena tidak ada lagi penuturnya," katanya.
Karena itu, pihaknya mendorong Balai Bahasa di daerah-daerah
untuk mengusulkan istilah-istilah lokal yang perlu diserap dalam bahasa
Indonesia, sekaligus sebagai upaya untuk melestarikan bahasa dan kebudayaan
lokal.
"Misalnya, istilah dalam bahasa daerah yang tidak ada
padanannya. Selama ini yang paling banyak istilah Jawa yang diserap, tetapi
mulai 2004 kami galakkan penyerapan dari bahasa-bahasa daerah lain," kata
Mahsun.
Sementara itu, Kepala Balai Bahasa Jateng Pardi Suratno
mengatakan pihaknya tengah memetakan dan mengkaji istilah-istilah dalam bahasa
daerah yang akan diusulkan penyerapannya ke dalam kosakata bahasa Indonesia.
"Kami masih kaji, sudah
ada beberapa kosakata yang akan diusulkan untuk diserap ke dalam bahasa
Indonesia. Melalui penyerapan kosakata bahasa daerah ini kan bisa melestarikan
kebudayaan lokal," katanya.
ANTARA News | Tuesday, July
02, 2013 5:30 PM
No comments:
Post a Comment