Hal tersebut diakibatkan oleh keterbatasan daya tahan
baterai Lithium. Fenomena ini kemudian menginspirasi mahasiswa Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Ahmad Fauzan Adzimaa dan tim untuk
menciptakan bahan dasar baterai hemat energi.
Baterai hemat energi besutan Fauzan menggunakan campuran
lithium dan besi. Campuran ini lalu diproses dengan menggunakan metode Flame Spray Pyrolysis. ''Metode ini
semacam metode penguapan dan pembakaran dua zat tersebut,'' ujar Fauzan,
seperti dikutip dari ITS Online,
Jumat (19/7/2013).
Setelah melalui proses tersebut, tercipta serbuk padatan
yang digunakan sebagai bahan dasar baterai berteknologi nano. Dengan
menggunakan teknologi nano, arus dapat bersifat bolak-balik sehingga lifetime dari baterai menjadi lebih
tahan lama.
Selain unggul dalam lifetime,
baterai ini juga tidak beracun mengingat bahan dasar baterai yang berupa besi.
Unsur tersebut dapat mengurangi sifat toksin dari baterai yang diakibatkan oleh
cobalt.
Adanya campuran besi juga berefek luasnya penyimpanan
energi. Dengan begitu, energi yang tersimpan lebih banyak. ''Perbandingan
lifetime baterai biasa dengan baterai berteknologi nano bisa 1:3. Kalau baterai
biasa hanya satu jam, baterai ini bisa tahan sampai tiga jam,'' paparnya.
Berbicara tentang harga, baterai ini juga lebih unggul.
Harga baterai berbahan baku besi ini hanya sepertiga dari harga baterai biasa.
Meskipun begitu, Fauzan berharap penelitian tersebut dapat terus dikembangkan.
Pasalnya, sampai sekarang, penelitian ini masih berupa bahan dasar baterai,
yaitu serbuk padatan.
Dengan penelitian inilah mereka bisa didanai
DIKTI dalam Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM-P). ''Saya berharap
penelitian ini bisa mendapatkan perhatian khusus dari lembaga riset nasional
seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) agar tercipta baterai yang
sesungguhnya,'' pungkas mahasiswa asal Magetan itu. (okz)
No comments:
Post a Comment