Monday 26 March 2012

132 Sekolah Inklusi Miliki Guru Pendamping Khusus

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat baru ada 132 sekolah inklusi di provinsi tersebut memiliki guru pendamping khusus.
"Masih ada sekolah-sekolah inklusi yang belum memiliki guru pendamping khusus," kata Kepala Seksi Pendidikan Luar Biasa Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga DIY Suparno di Yogyakarta.
Ia mencontohkan, di Kabupaten Gunung Kidul terdapat sebanyak 239 sekolah yang telah memiliki surat keputusan menjadi sekolah inklusi, namun dari catatan dinas belum semuanya memiliki guru pendamping khusus.
Selain itu, kata dia, sejumlah kendala yang juga ditemui dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah inklusi adalah adanya kekurangan guru.
Biasanya, guru pendamping khusus di sekolah inklusi diambilkan dari guru di sekolah luar biasa (SLB), sedangkan jumlah guru di SLB sendiri sudah terbatas.
"Karenanya, ada di beberapa sekolah inklusi yang guru pendamping khususnya hanya berada di sekolah dua hari dalam sepekan," katanya.
Pemerintah Provinsi DIY telah menganggarkan dana untuk keperluan transportasi guru pendamping khusus tersebut ke sekolah inklusi.
Ia berharap seluruh sekolah di provinsi tersebut dapat menjadi sekolah inklusi, terlebih pada 2015 ditargetkan seluruh anak usia sekolah di provinsi tersebut tidak ada yang tidak bersekolah.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Edy Heri Suasana mengatakan, di kota tersebut seluruh sekolah inklusi sudah memiliki guru pendamping khusus.
"Kami bekerja sama dengan sekolah luar biasa untuk guru pendamping khusus ini. Guru-guru tersebut akan mendampingi siswa sesuai dengan kebutuhannya masing-masing," katanya.
Meskipun demikian, Edy mengatakan, masih terus akan meluruskan pandangan dari sekolah-sekolah yang menolak menerima murid berkebutuhan khusus.
"Kami akan terus menjajaki apabila ada sekolah-sekolah yang belum memahami konsep ini. Karena setiap anak usia sekolah berhak memperoleh pendidikan," katanya.
Sementara itu, salah satu guru pendamping khusus di SMP 3 Sentolo Kabupaten Kulon Progo Legiman mengatakan dirinya mendampingi siswa tuna rungu-wicara di kelas 8.
"Siswa tersebut masuk ranking 10 besar. Keberadaan anak berkebutuhan khusus tersebut justru bisa memacu siswa lain untuk memperoleh prestasi terbaik. Sekolah pun bangga dengan mereka," katanya.
(Antara | Selasa, 13-03-2012 | 15:10:15)

No comments:

Post a Comment