Saturday 24 March 2012

Kualitas Guru Kota Tidak Sebesar Insentif

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh menilai kualitas guru-guru di kota besar tidak sebesar insentif yang telah diberikan kepada mereka.
"Kenapa peringkat guru di kota-kota besar tidak tinggi dalam Ujian Kompetensi Awal (UKA) 2012, padahal insentif yang diberikan untuk mereka luar biasa," katanya di Jakarta.
Dalam jumpa pers pemaparan hasil UKA 2012 di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), ia menyebutkan hasil pemetaan nilai UKA 2012 mencatat sepuluh peserta terbaik dari berbagai tingkatan guru sekolah didominasi dari kota/kabupaten kecil.
Untuk tingkat Sekolah Dasar (SD), nilai UKA tertinggi diraih oleh guru SDN 8 Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Nurfatah dengan nilai 80.
Setelah itu, disusul oleh Dina Hanif Mufidah yang merupakan guru SD Muhammadiyah GKB dari Kabupaten Gresik, Jawa Timur, dengan nilai 77,5. Di tempat ketiga adalah Sutrisno, guru SDN Jatisari kabupaten Pati, Jawa Tengah, dengan nilai 77.
Untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), peringkat pertama diraih Melany Wiwanty Parulian Mukuan dari SMP Advent Amurang Kabupaten Minahasa Selatan dengan nilai 87,5. Di tempat kedua adalah Mulya dari Cimahi, Kota Cimahi, Jawa Barat dengan nilai 82,5, sedangkan posisi ketiga adalah Chusnul Arfiane dari SMPN 1 Ngoro, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, dengan nilai 82,5.
Sementara untuk tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), nilai tertinggi diraih Gatot Priadi dari SMAN 1 Karas, Magetan, Jawa Timur, dengan nilai 90. Selanjutnya, Nur Hidayati dari SMAN 11 Siak, Kabupaten Siak, Riau dengan nilai 90, dan posisi ketiga adalah Irmawati Satia Kusumah dari SMA Terpadu Krida Nusantara Bandung, Jawa Barat dengan nilai 88,6.
Mendikbud mengaku meski nilai hasil UKA tersebut rata-rata rendah, namun dia tetap memberi apresiasi terhadap para guru yang mengikuti UKA 2012.
"Nilai rata-rata memang rendah, yakni kurang dari 50 secara nasional, tapi saya gembira dan selalu melihat sisi positifnya, prediksi saya, ujian dilakukan secara jujur karena nilainya rendah," ungkapnya.
Namun, Menteri menegaskan bahwa bukan berarti kalau nilai tinggi adalah hasil dari ketidakjujuran, tapi dia hanya mengajak untuk bersikap realistis. 
(Antara, | Jumat, 16-03-2012 | 19:24:19)

No comments:

Post a Comment