Tuesday 13 March 2012

”Man Jadda Wajada”

Ustadz Salman tiba-tiba datang, selain membawa buku, tangannya yang lain juga menenteng sebilah pedang dan sebatang kayu. Dengan serta-merta ia mengeluarkan pedang dari sarungnya dan memotong kayu yang dibawanya. Cukup lama Ustadz Salman memotong kayu tersebut karena memang pedang yang digunakan sudah tumpul dan berkarat pula.
“Bukan yang tajam yang dapat berhasil, melainkan yang bersunggug-sungguh, man jadda wajada,” demikian kira-kira kata yang keluar darinya usai berhasil memotong kayu tersebut. Sontak saja seisi ruangan kelas mengikuti “mantra” yang diajarkan Ustadz Salman dengan penuh semangat, “man jadda wajada.”
Itu sedikit penggalan cerita yang terdapat dalam film “Negeri 5 Menara” besutan Affandi A. Rachman. Alif, anak Minang yang kuliah di ITB dan bercita-cita seperti BJ Habibie tiba-tiba harus mengikuti orang tuanya untuk mondok di Pondok Pesantren Madani yang terletak di Ponorogo Jawa Timur. Pesantren dianggapnya tidak akan memuluskan cita-citanya. Namun, kesan yang didapat Alif dalam pelajaran pertamanya dengan Ustadz Salman telah mengubah mindset-nya.
Mantra “Man Jadda Wajada” yang berarti “yang bersungguh-sungguh ia akan berhasil” begitu menghujam di dalam sanubari Alif dan “Sohibul Menara” lainnya. Segala sesuatu dapat diraih oleh siapa pun, mimpi yang tinggi seperti menara pun bisa diwujudkan selama ada keseriusan, kesungguhan dan doa tentunya. Dari pesantren inilah kemudian Alif dan sahabat-sahabatnya menggapai kesuksesan.
Banyak pelajaran bisa kita petik dari film yang diangkat dari novel dengan judul sama ini. Bahwa ternyata dunia pesantren yang selama ini kita persepsikan kumuh, kotor, jorok, dan kolot, tidak selalu benar adanya. Pesantren tidak hanya mengajarkan pendidikan kepada santri-santrinya, lebih dari itu pesantren mengajarkan mereka bagaimana menjalani kehidupan dan menjadi “orang besar” sebagaimana dipesankan kyai Rais.
 Di hadapan ribuan santrinya, Kyai Rais, menyampaikan nasihat bahwa orang besar bukanlah orang yang menduduki posisi paling atas, menyandang gelar akademis yang banyak dan bukan pula mereka yang memiliki jabatan tinggi. Orang besar adalah orang yang mengabdikan dirinya kepada masyarakat, serta membawa manfaat kepada orang yang berada di sekitarnya.
Intinya, segala cita-cita, keinginan, harapan, impian, harus diupayakan secara serius untuk meraihnya, mewujudkannya, dengan jalan mencurahkan keseriusan, fokus, dan penuh kesungguhan. Tidak hanya dalam dunia pendidikan, melainkan semua sisi kehidupan kita.
    Tidak ada yang tidak mungkin. Man Jadda Wajada.

No comments:

Post a Comment