Friday 23 March 2012

Konsep Pendidikan-Pengajaran-Kebudayaan Perlu Disatukan

KONSEP pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan nasional perlu disatukan, karena ketiga konsep itu saat ini dilakukan secara terpisah, kata peneliti Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Sutaryo.
"Jika filosofinya dipisah, maka undang-undangnya pun jadi terpisah dan pelaksanaannya juga terpisah. Seharusnya ketiganya tidak boleh dipisah," katanya di Yogyakarta.
Menurut dia, hal itu penting karena tujuan pendidikan dan pengajaran seharusnya untuk kebudayaan, yakni memanusiakan manusia berdasarkan kebangsaan.
"Pendidikan dilaksanakan untuk memajukan budi pekerti dan pikiran anak didik melalui pendidikan berjiwa jati diri bangsa yang dapat mengangkat derajat bangsa dan negara untuk memuliakan segenap manusia," katanya.
Ia mengatakan bidang pengajaran dilaksanakan untuk memberi ilmu pengetahuan dan kepandaian dalam rangka memajukan kecerdasan pikiran dan berkembangnya budi pekerti.
"Hal itu yang membedakan konsep pendidikan ketimuran dengan barat. Sistem pengajaran barat menitikberatkan pada intelektual, sedangkan sistem pengajaran ketimuran mengembangkan intelektual dan budi pekerti," katanya.
Berkaitan dengan hal tersebut, menurut dia, Pusat Studi Pancasila (PSP) Universitas Gadjah Mada (UGM) berencana menyelenggarakan kongres pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan di Yogyakarta, 7-8 Mei 2012.
Ia mengatakan kongres itu akan mendiskusikan tentang kebijakan dan strategi pendidikan nasional, konsep-konsep dasar pendidikan dan aplikasinya, serta pendidikan dalam pembangunan peradaban dan kebudayaan.
"Kongres yang mengusung tema "Pembangunan Karakter Bangsa melalui Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan dalam Menghadapi Globalisasi" itu mengundang peserta dari kalangan dosen, guru, peneliti, mahasiswa, birokrat, legislator, politikus, dan tokoh masyarakat," kata Sutaryo.
Ketua Panitia Pelaksana Kongres, Kunjana Rahardi mengatakan, hasil kongres itu akan memberi rekomendasi kepada pengambil kebijakan.
"Hasilnya diserahkan kepada pengambil kebijakan, agar pendidikan nasional kita kembali ke khittah," kata dosen Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta itu.
Menurut dia, rencananya kongres akan dibuka oleh Rektor UGM dan menghadirkan dua pembicara kunci, yakni Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhammad Nuh dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X.
"Beberapa pembicara yang diundang hadir antara lain KH Mustofa Bisri, Dik Doang, Anies Baswedan, Malik Fadjar, dan Sri Edi Swasono," kata Kunjana.
(antara 12-03-2012 | 20:27:51)

No comments:

Post a Comment