Friday 18 January 2013

Kurikulum Baru untuk Siapa?


Meski banyak dihantam penolakan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tetap akan melanjutkan proses perubahan kurikulum yang akan digunakan pada 2013 mendatang. Pihak kementerian merasa bahwa perubahan kurikulum ini akan berdampak positif pada peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno Listyarti, mengatakan bahwa sasaran dari kurikulum pengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini tidak jelas. Pasalnya, jika perubahan kurikulum ini diperuntukkan bagi guru dan murid maka semestinya guru dilibatkan dalam pembahasan dan ada uji coba lapangan bukan sekadar uji publik.
"Kurikulum ini untuk kepentingan siapa sebenarnya? Guru cenderung dirugikan dengan kurikulum baru ini. Murid juga sama saja," kata Retno.
Ia menambahkan bahwa saat ini banyak guru yang cemas dengan adanya perubahan kurikulum ini. Para guru ini khawatir kehilangan pekerjaannya karena ada mata pelajaran yang kemudian dilebur dengan mata pelajaran lain. Salah satu contohnya adalah guru Teknologi Informasi dan Komunikasi.
"Kalau guru SD sistemnya masih guru kelas. Kalau yang sudah berdiri sendiri seperti guru-guru TIK? Ini mereka sudah mulai was-was tentang nasibnya," ujar Retno.
Sementara untuk anak-anak didik, penambahan jam pelajaran khususnya untuk anak Sekolah Dasar (SD) semestinya diikuti dengan penambahan fasilitas seperti adanya jaminan makanan siang. Ini untuk mencegah anak-anak mengkonsumsi makanan tak bergizi yang dapat mempengaruhi perkembangan otak.
"Seperti di Eropa, waktu di sekolah memang lama. Tapi dari segala aspek termasuk makan itu diperhatikan. Kalau di Indonesia tidak seperti itu, anak-anak ini akan jajan di luar yang jelas tidak sehat," ujar Retno.
Tidak hanya itu, kondisi anak-anak di tiap daerah juga berbeda. Semestinya uji publik yang dilakukan saat ini menjangkau juga daerah-daerah terpencil. Selain uji publik, uji coba juga perlu dilakukan untuk melihat apakah kurikulum tersebut sesuai diterapkan di daerah tersebut.
"Kondisi daerah ini kan berbeda. Jangan samakan semua dengan yang di kota. Anak-anak di daerah, kadang untuk sekolah saja harus bertaruh nyawa melewati sungai yang deras dan sering tidak sarapan," ungkap Retno.
"Ini jam pelajarannya ditambah dan gurunya tidak dibekali dengan persiapan yang baik. Di daerah apalagi yang terpencil belum tentu bisa. Lalu kurikulum ini buat yang di kota dan kaya saja?" imbuhnya.
Ia juga berpendapat bahwa untuk di kota pun, kurikulum ini juga tidak bisa begitu saja diterapkan. Dalam standar proses, anak-anak diminta untuk mengobservasi ke lapangan langsung terkait tema yang sedang dibahas pada saat itu. Hal ini pasti akan menemui banyak kendala saat implementasi jika tidak dilakukan uji coba.

"Contoh misalnya anak-anak diajak observasi ke pasar. Bayangkan saja perjalanan di Jakarta macet. Kemudian ke pasar yang situasinya ramai dan padat, guru hanya satu mengawasi. Ini sulit sekali. Jadi sebenarnya ini buat siapa kurikulum," tandasnya.
KOMPAS.com  | Jumat, 7-12-2012 |

Spektrum Keahlian SMK Diubah
Perubahan kurikulum yang akan dilaksanakan pada Juni 2013 mendatang menyasar berbagai jenjang pendidikan termasuk tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Spektrum keahlian pendidikan SMK akan ikut mengalami perubahan sejalan dengan perombakan kurikulum.
Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hamid Muhammad, mengatakan bahwa perubahan spektrum ini berkaitan dengan minat siswa pada program keahlian tertentu. Pihaknya akan melakukan evaluasi terhadap program keahlian yang sudah menurun peminatnya.
"Kami akan evaluasi lagi program keahlian apa yang sudah menurun. Termasuk melihat juga kompetensi baru yang muncul belakangan," kata Hamid Muhammad.
Seperti diketahui, spektrum keahlian SMK saat ini terbagi dalam enam bidang studi, 40 program studi dan 121 kompetensi keahlian. Adapun enam bidang studi tersebut adalah Teknologi dan Rekayasa, Teknologi Informasi dan Komunikasi, Kesehatn, Seni Kerajinan dan Pariwisata, Agrobisnis dan Teknologi serta Bisnis dan Manajemen.
Kendati demikian, beberapa bidang studi tetap akan dipertahankan dan dibantu oleh pemerintah apapun kondisinya. Beberapa bidang tersebut umumnya berkaitan dengan bidang pertanian, peternakan, perikanan dan juga kesehatan.
"Jadi akan dilihat konteksnya. Untuk beberapa bidang seperti pertanian, peternakan dan perikanan akan dibackup dan jadi program afirmasi yaitu diminta atau tidak tetap harus ada," jelas Hamid.
Seiring dengan penerapan kurikulum baru dan juga program Pendidikan Menengah Universal, pihaknya juga akan menarik mahasiswa semester akhir yang berprestasi untuk mengajar anak-anak SMK. Pasalnya, jumlah guru produktif untuk SMK masih kurang dibandingkan dengan jumlah guru normatif.
"Tahun ini akan ada 500 mahasiswa yang diambil dari Dikmen dan 500 mahasiswa dari Dikti. Jadi ada sekitar 1000 orang akan membantu mengajar di SMK," tandasnya.
KOMPAS.com  | Jumat, 7-12-2012 |

No comments:

Post a Comment