Perombakan kurikulum baru yang akan
segera diuji kepada publik pada akhir bulan ini ternyata masih menuai berbagai
kontroversi dari para pengamat pendidikan.Perubahan kurikulum yang digagas oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini dianggap karena adanya salah tangkap
mengenai pemahaman tentang kurikulum.
"Cara
pandang yang salah tentang kurikulum ini mengakibatkan pola yang salah saat
mengubah kurikulum. Pengurangan dan penambahan mata pelajaran itu bukan makna
dari kurikulum," kata Mas Tom, sapaan akrab Utomo Dananjaya, saat diskusi
Kritik Atas Kebijakan Perubahan Kurikulum di Rumah Tilaar, Jakarta.
Utomo
Dananjaya mengatakan, bahwa selama ini kurikulum hanya dianggap semacam daftar
mata pelajaran saja. Adanya pandangan yang sempit terhadap kurikulum tersebut
membuat perombakan kurikulum hanya sekadar mengurangi atau menambahkan mata
pelajaran saja. Penataan kurikulum ini selalu terkesan asal-asalan sejak 1945
sampai 2002. Lantaran salah konsep semacam ini, perubahan kurikulum yang
dilakukan oleh pemerintah ini justru tak mencapai sasaran. "Jadi jangan
memandang kurikulum hanya mata pelajaran saja agar tidak salah sasaran,"
ungkap Mas Tom.
Dalam
kesempatan yang sama, pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta
(UNJ), Jimmy Paat, mengatakan bahwa perubahan kurikulum ini harus diperhatikan
dengan jelas.Pasalnya, perubahan kurikulum yang terjadi selama ini hanya
sebatas perubahan nama saja.
"Sebenarnya
dari standar konten ujung-ujungnya sama saja. Hasil yang dicapai juga tidak
jauh berbeda. Hanya namanya saja yang berubah," tandasnya.
Antara.com |
Jumat, 23-11-2012 |
Perubahan
Kurikulum Pendidikan Terobosan Maju
Tokoh dan pengamat pendidikan di Bali, Drs I
Gusti Bagus Arthanegara SH MPd menilai, perubahan kurikulum pendidikan yang
akan diberlakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) pada tahun
2013 merupakan sebuah terobosan dan langkah maju.
"Penyempurnaan
kurikulum pendidikan yang menekan pada karekter bangsa itu dilakukan sesuai
tantangan zaman, sehingga tidak mungkinkan memberlakukan kurikulum pendidikan
itu secara terus menerus," kata Arthanegara yang juga Ketua Yayasan IKIP
PGRI Bali di Denpasar.
Ia
mengatakan, tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang maupun yang akan
datang berbeda dengan dengan situasi lima atau sepuluh tahun yang lalu.Oleh
sebab itu untuk bisa eksis dan mampu bersaing di pasaran global salah satunya
kurikulum dalam berbagai jenjang pendidikan mutlak diperlukan.
"Saya
menyambut baik rencana pemerintah menyempurnakan kurikulum tingkat sekolah
dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), serta
sekolah menengah kejuruan (SMK) dengan harapan mampu meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia," harap Arthanegara.
Ia
mengingatkan, melalui penyempurnaan kurikulum pendidikan selain menekankan aspek peningkatan mutu
pendidikan dan efektivitas juga membenahi sektor-sektor lain yang berkaitan
dengan pendidikan sehingga memberikan dampak positif terhadap peningkatan mutu
pendidikan.
IKIP
PGRI Bali yang mendidik calon-calon guru untuk semua jenjang pendidikan tentu
juga ikut menyempurnakan kurikulum, sehingga tenaga yang dicetaknya mampu
berperanserta secara aktif dalam proses belajar mengajar.
Penyempurnaan
kurikulum itu berorientasi pada pengembangan tercapainya kompetensi yang
berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan para siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar.
Dalam
proses belajar mengajar itu anak didik tetap mengikuti pembelajaran secara
holistik dan menyenangkan, ujar Arthanegara.
Antara.com
| Jumat, 23-11-2012 |
No comments:
Post a Comment