Friday 18 January 2013

Perombakan Kurikulum Menuai Kontroversi


Perombakan kurikulum baru yang akan segera diuji kepada publik pada akhir bulan ini ternyata masih menuai berbagai kontroversi dari para pengamat pendidikan.Perubahan kurikulum yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini dianggap karena adanya salah tangkap mengenai pemahaman tentang kurikulum.
"Cara pandang yang salah tentang kurikulum ini mengakibatkan pola yang salah saat mengubah kurikulum. Pengurangan dan penambahan mata pelajaran itu bukan makna dari kurikulum," kata Mas Tom, sapaan akrab Utomo Dananjaya, saat diskusi Kritik Atas Kebijakan Perubahan Kurikulum di Rumah Tilaar, Jakarta.
Utomo Dananjaya mengatakan, bahwa selama ini kurikulum hanya dianggap semacam daftar mata pelajaran saja. Adanya pandangan yang sempit terhadap kurikulum tersebut membuat perombakan kurikulum hanya sekadar mengurangi atau menambahkan mata pelajaran saja. Penataan kurikulum ini selalu terkesan asal-asalan sejak 1945 sampai 2002. Lantaran salah konsep semacam ini, perubahan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah ini justru tak mencapai sasaran. "Jadi jangan memandang kurikulum hanya mata pelajaran saja agar tidak salah sasaran," ungkap Mas Tom.
Dalam kesempatan yang sama, pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Jimmy Paat, mengatakan bahwa perubahan kurikulum ini harus diperhatikan dengan jelas.Pasalnya, perubahan kurikulum yang terjadi selama ini hanya sebatas perubahan nama saja.
"Sebenarnya dari standar konten ujung-ujungnya sama saja. Hasil yang dicapai juga tidak jauh berbeda. Hanya namanya saja yang berubah," tandasnya.
Antara.com | Jumat, 23-11-2012 |
Perubahan Kurikulum Pendidikan Terobosan Maju
Tokoh dan pengamat pendidikan di Bali, Drs I Gusti Bagus Arthanegara SH MPd menilai, perubahan kurikulum pendidikan yang akan diberlakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) pada tahun 2013 merupakan sebuah terobosan dan langkah maju.
"Penyempurnaan kurikulum pendidikan yang menekan pada karekter bangsa itu dilakukan sesuai tantangan zaman, sehingga tidak mungkinkan memberlakukan kurikulum pendidikan itu secara terus menerus," kata Arthanegara yang juga Ketua Yayasan IKIP PGRI Bali di Denpasar.
Ia mengatakan, tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang maupun yang akan datang berbeda dengan dengan situasi lima atau sepuluh tahun yang lalu.Oleh sebab itu untuk bisa eksis dan mampu bersaing di pasaran global salah satunya kurikulum dalam berbagai jenjang pendidikan mutlak diperlukan.
"Saya menyambut baik rencana pemerintah menyempurnakan kurikulum tingkat sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), serta sekolah menengah kejuruan (SMK) dengan harapan mampu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia," harap Arthanegara.
Ia mengingatkan, melalui penyempurnaan kurikulum pendidikan  selain menekankan aspek peningkatan mutu pendidikan dan efektivitas juga membenahi sektor-sektor lain yang berkaitan dengan pendidikan sehingga memberikan dampak positif terhadap peningkatan mutu pendidikan.
IKIP PGRI Bali yang mendidik calon-calon guru untuk semua jenjang pendidikan tentu juga ikut menyempurnakan kurikulum, sehingga tenaga yang dicetaknya mampu berperanserta secara aktif dalam proses belajar mengajar.
Penyempurnaan kurikulum itu berorientasi pada pengembangan tercapainya kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan para siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Dalam proses belajar mengajar itu anak didik tetap mengikuti pembelajaran secara holistik dan menyenangkan, ujar Arthanegara.
Antara.com | Jumat, 23-11-2012 | 

No comments:

Post a Comment